Kelapa Dua Raya 189 Depok, Jawa Barat 16951 Indonesia
+(62) 856-93-010101 admin@geraidinar.com
Mon - Fri 8.30 - 16.00 National Holiday Closed

Beberapa tahun lalu pernah ada upaya untuk menyatukan dua kekuatan raksasa dunia yaitu Amerika dan China yang dikenal sebagai G-2, tetapi gagal. Pernah pula ada upaya untuk menyatukan tiga kekuatan dunia yaitu Amerika, Eropa dan Jepang yang disebut G-3, inipun gagal. Lalu berkumpul 7 negara industri maju dengan apa yang disebut G-7, yang ini dipandang tidak cukup dan kemudian diperluas menjadi G-20, yang ini menjadi terlalu banyak kepentingan yang saling berebut . Walhasil baik G-2, G-3, G-7 maupun G-20 semuanya gagal mengelola dunia dengan lebih baik.  Lantas siapa yang akan bisa memimpin dunia kemudian ?

Tanpa terasa system kita sudah me-record secara kontinyu pergerakan harga Dinar selama empat tahun ini sehingga up and down-nya sudah cukup kita alami. Meskipun lebih banyak up-nya, pada tulisan ini saya akan menekankan waktu-waktu dimana harga Dinar lagi down seperti saat ini – untuk mengingatkan kita semua agar tidak menggunakan fluktuasi harga emas sebagai media spekulasi. Ada setidaknya 4 kali dalam 4 tahun terakhir ini saya menulis dengan judul “…How Low Can You Go ?”, karena ini kurang lebih mewakili pertanyaan-pertanyaan dari para pembaca ketika harga lagi rendah.

Bila proses kiamat itu digambarkan seperti tasbih yang putus talinya, butir-butir-nya jatuh satu demi satu dengan urutan yang semakin cepat – nampaknya demikian juga proses runtuh-nya system ekonomi suatu negara. Hal ini nampak dari jatuhnya daya beli uang mereka – yang semakin hari semakin cepat. Bila dalam rata-rata 40 tahun terakhir, waktu T dari US$ - yaitu waktu yang diperlukan US$ untuk kehilangan separuh daya belinya – adalah 8.9 tahun, dalam  10 tahun terakhir waktu T ini tinggal 5 tahun, dan dengan drama krisis hutang yang baru berakhir kemarin – waktu T ini tinggal 3 tahun 8 bulan.

 

Seolah ada ironi besar pada ekonomi kapitalis yang mendominasi dunia saat ini, yaitu negeri pemegang cadangan emas terbesar dunia (Amerika) yang juga bisa menjadi epicentrum dari gempa financial yang dapat meruntuhkan kapitalisme itu sendiri.  Banyak yang mengira bahwa Amerika yang merupakan negara dengan cadangan emas terbesar di dunia (8,133.5 ton) akan dapat selamat dari krisis hutang yang memuncak bulan lalu, ternyata kenyataannya tidak.  Cadangan emas mereka terlalu kecil untuk dapat menutup hutang-hutangnya yang menggunung,  berikut adalah penjelasan saya untuk merespon banyaknya pertanyaan mengenai hal ini.

 

Ketika Fatwa MUI no 1 tahun 2004 tentang bunga bank riba dikeluarkan, saat itu saya masih aktif sebagai salah satu eksekutif di perusahaan yang berhubungan langsung dengan fatwa ini. Sebelum adanya fatwa ini keharaman bunga bank memang masih banyak diperdebatkan, organisasi masa Islam yang besar-besar pun saat itu belum menyatakan bahwa bunga bank adalah riba. Tetapi setelah adanya fatwa yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa – Majelis Ulama Insonesia – yang mewakili seluruh elemen penting umat Islam negeri ini – maka menurut saya sudah tidak ada lagi yang perlu diperdebatkan, tinggal tantangannya adalah bagaimana kita bisa mengikuti fatwa para ulama ini dengan mencari solusinya.