Local Fuels for Energy Transition
Di tengah semangatnya dunia untuk menuju energy transition - yaitu pergeseran dari bauran energi yang sangat bergantung fosil menuju energi bersih yang carbon neutral, dunia dibangunkan dari ilusi ketahanan energinya. Energi fosil yang dikusai mayoritasnya oleh segelintir negara tertentu, membuat negara-negara pengimpor neto energi tersandra oleh ketergantungan pada supply energi dari negara lain.
Serangan Rusia ke Ukraina dua pekan terakhir telah membuat contoh betapa seluruh dunia tersandra oleh supply energi tersebut, di satu sisi ingin memboikot sekerasnya Rusia, di sisi lain dunia juga ternyata belum siap untuk kehilangan supply minyak dan gas dari Rusia ini.
Maka disinilah arti penting konsep Local Fuels yang kami usung ssjak tahun lalu. Dengan local fuels ini kita bisa mengurangi ketergantungan pada impor minyak mentah dari luar, sekaligus juga mulai bersungguh-sungguh hijrah ke energi bersih dan carbon neutral.
Untuk BBM misalnya, apapun BBM yg kita butuhkan sebenarnya bisa diproduksi dari vegetable oil yang tumbuh dimanapun di wilayah negeri ini. Idealnya kalu sempat nanam tamanu di setiap jengkal dari 14 juta hektar lahan gersang kita, namun kalau belum sempat tanam juga bisa dari minyak yg sudah ada. Dari minyak sawit, kelapa dan bahkan kacang tanah yang bisa cepat dipanen.
Apapun kebutuhan BBM kita bisa diproduksi dari minyak-minyak tersebut menggunakan Micro Refinery yang saya unggah sebelumnya. Bensin dan Diesel bisa dibuat dari seluruh jenis minyak tersebut, sedangkan BBM untuk pesawat lebih cocok dibuat dari minyak kelapa, meskipun dari tamanu dan sawit juga bisa.
Catatan saya hanya satu yang perlu diperhatikan, yaitu pemanfaatan minyak nabati menjadi BBM jangan sampai mengorbankan bahan pangan, dan jangan membuatnya mahal. Ini bisa diatasi dengan konsep circular economy, yang jadi BBM minyak bekasnya saja.
Bila dibuat dari minyak goreng, yang dipakai dari jelantahnya. Bila dari minyak yang tidak dimakan - ssperti tamanu, maka diambil dahulu kandungan polyphenols-nya untuk industri phyto pharmaceuticals.
Dengan pendekatan circular economy inilah kebutuhan lain yang tidak kalah pentingnya seperti pangan dan kesehatan terpenuhi dahulu, baru kemudian BBM bisa secara maximal diproduksi dengan konsep local fuels - yaitu BBM yang diproduksi dan digunakan di daerah yang sama.
Harga juga akan bisa bersaing karena ada cost sharing dari sejumlah produk dalam rantai circular economy-nya masing-masing. InsyaAllah