Kelapa Dua Raya 189 Depok, Jawa Barat 16951 Indonesia
+(62) 856-93-010101 admin@geraidinar.com
Mon - Fri 8.30 - 16.00 National Holiday Closed

Micro Refinery Untuk Mandiri Energi

Subsidi dan kompensasi BBM dan LPG kita tahun ini menggelembung segede gajah bengkak, yaitu mencapai Rp 362.5 trilyun. Utuk melihat dalam perspective yang lain segede apa subsidi dan kompensasi ini, bandingkan ini salah satunya dengan seluruh anggaran riset dan inovasi iptek yang dikelola oleh BRIN - yang besarnya hanya Rp 3 trilyun!

Mengapa pembandingnya dengan riset dan inovasi? Karena sesungguhnya hanya dengan riset dan inovasi yang terarah dan tepat gunalah anggaran sebesar gajah bengkak tersebut bisa ditekan dan diturunkan dari waktu ke waktu, Bila riset dan inovasinya seret dana, lantas bagaimana kita mengatasi pembengkakan subsidi dan kompensasi tersebut?

Salah satu contohnya adalah riset swadaya dan swakelola di bawah. Semua BBM dan LPG yang kita impor tersebut sebenarnya sangat mungkin kita gantikan dengan bahan alami yang tumbuh di lahan-lahan gersang kita. Kalau saja 14 juta hektar lahan gersang kita ditanami pohon penghasil minyak, limbah pertanian dan hutan di kelola, sampah perkotaan dikonversi menjadi energi - maka kita akan punya bahan lebih dari cukup untuk BBM dan LPG.



Teknologi konversinya juga merupakan teknologi yang matang, sudah dikembangkan dan digunakan di dunia lebih dari 70 tahun terakhir. Yang kami lakukan dalam riset dan inovasi ini hanya melakukan scale-down saja - agar cocok dengan feedstock biomassa - yang berkarakter menyebar di seluruh negeri dan bernilai ekonomi rendah ketika belum dioalah - jadi tidak feasible untuk dikirim ke tempat yang jauh.

Hasilnya berupa Micro Refinery dengan teknologi yang secara umum disebut Fluidized Catalytic Cracking (FCC), apa hebatnya MR-FCC ini ? Dia bisa digunakan untuk menubah minyak nabati apapun - terutama yang tidak berebut dengan pangan, juga bio-oil yaitu minyak yang dihasilkan dari sampah dan limbah - menjadi BBM dan LPG, menggantikan yang hingga saat ini disubsidi sangat berat dan uangnya lari keluar negeri, karena yang kita subsidi tersebut mayoritasnya adalah produk impor.

Bayangkan sekarang kalau MR-FCC itu kita hadirkan di setiap daerah yang memiliki potensi produksi bahan bakunya, baik minyak nabati, sampah maupun limbah - maka negeri ini akan dengan sangat cepat bisa mandiri eneegi bersih. Inilah yang dicita-citakan dunia dalam SDGs no 7 yaitu yang disebut Affordable and Clean Energy.

Kalau saja ada yang perduli terhadap riset-riset semacam ini, mungkin sudah lama negeri ini mandiri energi!