Minus by Minus is A Plus
Entah bagaimana menjelaskan kaidah ini, tetapi sejak SD dahulu kita memang dengan mudah memahami bahwa minus kali minus itu adalah plus. Kaidah yang sama sebenarnya bisa digunakan untuk menyelesaikan dua masalah besar yang sebenarnya komplementer satu sama lain. Dalam hal ini kita gunakan untuk menyelesaikan masalah sampah dan energi di kota-kota negeri ini.
Kota-kota di Indonesia umumnya masih mengalami problem pengelollan sampah yang serius, secara nasional masih ada sekitar 35% sampah yang tidak terolah. Di Jakarta Raya dan sekitarnya (Jabodetabek) misalnya, ada sampah sekitar 500,000 ton per bulan, luas area tempat pembuangan akhir (TPA) sampah sudah ada sekitar 200-an hektar – dan mayoritasnya sudah penuh atau nyaris penuh - selalu butuh lahan untuk TPA baru.
Di sisi lain permasalahn energi juga menghimpit penduduk negeri ini. Separuh bahan bakar minyak kita harus diimpor dan hampir keseluruhan LPG juga diimpor, bukan hanya devisa kita yang terkuras untuk impor energi ini, beban subsidi dalam negeri di sektor energi juga sangat berat. Beban impor dan subsidi ini yang tentunya harus diatasi, agar negeri ini bisa mengalokasikan anggaran lebih untuk pembangunan manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan biaya riset untuk mengejar ketinggalan dari negara lain dan seterusnya.
Maka dua masalah besar tersebut insyaallah bisa diselesaikan dengan kaidah di atas. Solusi masalah sampah ada di energi dan sebaliknya, solusi energi yang murah adanya di sampah. Mengolah sampah butuh biaya dan energi, biayanya bisa diambilkan dari penjualan Bio-Oil atau bentuk upgradenya biofuels yang diproses dari sampah. Demikian pula sumber pendapatan yang digunakan untuk mengembalikan investasi infrastructure energi matahari yang digunakan untuk proses pengolahan sampah tersebut.
Bahan bakar yang dihasilkannya baik berupa Bio-Oil yang dipakai industri maupun biofuels (bensin, solar, mazut dan LPG) untuk transportasi, industri maupun rumah tangga - menjadi bahan bakar yang murah karena bahan dasarnya memang sangat murah – yaitu sampah. Biaya energi untuk prosesnya juga murah karena menggunakan solar farm yang digelar di atas TPA-TPA yang sangat luas tersebut di atas.
Sampah akan habis dengan sendirinya, PEMDA tidak lagi perlu terus menerus mencari lahan untuk TPA baru, pemerintah pusat bisa menekan atau bahkan menghentikan impor BBM dan LPG, kota menjadi bersih, air tanah bebas cemaran lindi, udara bebas cemaran gas metan dan rakyat mendapatkan BBM-nya yang murah tanpa harus disubsidi. Kota siapa yang mau mencoba dahulu?