Bila Gas Juga Tidak Lagi Ada
Dalam unggahan saya beberapa hari lalu saya menulis 'Ketika Tidak Ada Lagi Minyak Bumi', lalu setelah itu muncullah pertanyaan - bagaimana kalau gas juga tidak lagi ada? Ini karena belajar dari kasus Sri Lanka, ternyata yang menghilang dari pasar negeri itu bukan hanya BBM tetapi juga gas untuk rumah tangga.
Kita di Indonesia alhamdulillah masih bisa membeli BBM maupun gas, tetapi juga tidak bisa dikatakan kondisi BBM dan gas kita baik-baik saja. Yang BBM sudah saya bahas pada unggahan sebelumnya tersebut di atas, maka kali ini adalah untuk masalah gas-nya.
Entah apa dasarnya, sejak hampir dua dasawarsa lalu negeri yang sangat sediikit menghasilkan LPG ini memilih LPG sebagai bahan bakar untuk rumah tangga. Akibatnya kita harus mengimpor hampir keseluruhan kebutuhan LPG kita. Ketika harga propan dan butan (bahan baku LPG) dunia melonjak, maka kalang kabut-lah kita.
Tahun lalu nilai impor bahan LPG kita tersebut melonjak 58.5%, dan untuk tahun ini meskipun harga LPG 12 kg sudah dinaikkan, yang untuk 3 kg subsidinya akan membengkak mencapai Rp 66.3 Trilyun atau naik sekitar 33% dari tahun sebelumnya. Sampai kapan pemerintah mampu menanggung subsidi ini?
Maka agar anggaran pemerintah tidak hanya tersedot pada subsidi kebutuhan pokok seperti minyak dan gas, tetapi juga lebih banyak untuk human development, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan dana riset dlsb. harus ada jalan untuk menekan biaya subsidi kebutuhan pokok. Pada kesempatan yang sama beban biaya enerrgi bagi masyarakat harus bisa turun. Bagaimana caranya ?
Kita harus berani punya target untuk berhenti impor minyak dan LPG, tidak semata-mata nekat - tetapi berani yang punya perhitungan. Di unggahan saya yang lain pernah saya buat perhitungannya, kita bisa memproduksi sampai setara 2 juta barel per hari (bph) biofuels dari lahan gersang kita yang ditanami tamanu, plus biomasa limbah pertanian, hutan dan sampah perkotaan. Dengan ini kita bisa berhenti impor BBM dan LPG.
Untuk pengganti LPG sendiri, selain Bio-LPG dari hasil samping produksi Bio-Gasoline dan Greeen Diesel, bisa juga menggunakan BioLite dan bahkan juga Bio-Oil yang keduanya hasil proses pengolahan biomassa dan sampah yang melimpah di sekitar kita. Jadi banyak jalan untuk berdaulat energi sebenarnya, asal ada komitmen yang sesungguhnya dari para stakeholders energi di negeri ini.