Solusi Teknologi, Bukan Subsidi atau Proteksi
Setelah kemarin saya mengunggah tulisan bahwa masyarakat bisa menikmati minyak goreng separuh harga melalui pembentukan ekosistem yang ditunjang teknologi konversi energi dari jelantah menjadi bahan bakar, timbul pikiran saya bagaimana kalau teknologi yang sama digunakan ke skala yang lebih luas - membuat masyarakat yang mandiri energi tanpa subsidi?
Di bawah adalah ilustrasi cara kerjanya. Bahan yang melimpah di Nusantara adalah biomassa, bisa dari segala yang tumbuh baik flora maupun founa, sengaja ditanam ataupun tumbuhan liar. Setiap satu kilogram biomassa kering mengandung lebih dari 500 gram hidrokarbon, jadi tantangannya adalah menguraikan potensi hidrocarbon tersebut untuk menjeadi energi efektif, yang paling umum kita butuhkan ya bensin dan diesel.
Maka untuk ini ada dua tahap proses, pertama biomassa diubah menjadi bio-oil melalui proses fast pyrolysis - melalui reaktor Esse yang kami buat. Bio-oil ini baru kemudian diupgrade menjadi bio-hydrocarbon fuels berupa bensin, solar, jetfuel, LPG dlsb. melalui reaktor kami yang satunya lagi yaitu Fuzzy Logic Reactor.
Melalui teknologi semacam inilah masyarakat akan bisa mandiri energi, memproduksi sendiri energinya dari bahan yang ada di sekitar mereka, Selain memperoleh energi murah tanpa mengandalkan subsidi, masyarakat juga memberdayakan dirinya sendiri, ekonomi energi yang merupakan sektor terbesar setelah pangan - kini menjadi milik rakyat kebanyakan, bukan lagi monopoli atau oligopoli antar raksasa-raksasa ekonomi.
Pendekatan teknologi semacam ini juga berlaku untuk berbagai sektor ekonomi lainnya. Telekomunikasi misalnya, yang sekarang masih bisa didominasi raksasa dalam negeri, bisa saja nanti terambil dengan mudah oleh Elon Mask ketika Starlink masuk Indonesia. Masyarakat akan bisa memiliki akses internet supercepat melalui Starlink sampai ke seluruh pelosok negeri, tidak perlu BTS dlsb. yang biaya membangunnya mahal.
Walhasil tanpa adanya terobosan teknologi, sektor-sektor vital usaha dalam negeri seperti energi dan telekomunikasi tersebut hanya akan survive mengandalkan subsidi atau proteksi. Bahkan ketahanan nasional kita kedepan juga terkait langsung dengan penguasaan teknologi ini.