Haji Net-Zero : 24,000 km, Zero Emission
Saya melihat daftar antrian haji resmi dari Depag, tidak ada kata yang bisa saya ungkap kecuali kalimat tanya 'Anda bercanda kali?', Tetapi ini nyata, antrian haji masyarakat Kabupaten Pinrang sampai 91 tahun dan Wajo 87 tahun!. Bersyukurlah Anda yang tinggal di Jakarta, antrian Anda 'hanya' 54 tahun. Kalau bayi lahir cenger langsung daftar haji Anda masih berpeluang.
Selain masalah antrian ini, ada juga masalah emisi carbon yang jarang disadari. Rata-rata jemaah haji kita mengeluarkan emisi CO2 sekitar 2.5 ton per orang dalam perjalanan pergi-pulangnya. Jadi 250,000 orang saja emsisi CO2 perjalanan haji tersebut setara 625,000 ton CO2. Kalau naik menjadi 1.5 juta misalnya (agar antrian turun drastis), konsekwensinya emisi CO2 akan menjadi 3.75 juta ton CO2.
Kalau toh jatah haji ditingkatkan menjadi 1.5 juta orang-pun, masih ada kendala besar di penerbangan. Kapasitas penerbangan tidak mudah serta merta ditingkatkan menjadi enam kalinya. Padahal dengan volume haji sekarang saja, haji biasa yang rata-rata 40 hari lamanya mayoritas waktunya karena nunggu jadwal penerbangan pergi pulang.
Jadi dalam beberapa tahun ini ada sejumlah masalah yang harus diatasi lintas negara dan lintas bidang sekaligus. Mengakselerasi antrian haji, mengatasi transportasi juga menurunkan emisi. Bagaimana bisa ? Maka inilah sumbangsih pemikiran kami yang insyaAllah bisa membantu mensolusikan masalah-masalah tersebut sekaligus.
Masalah kuota, biarlah urusan pemerintah Saudi yang mengaturnya - tetapi berapapun quota yang ada, di era keterbukaan ini mestinya bisa dibuka opsi - last minute quota, semacam last minute seat di penerbangan. Jadi jatah quota yang tidak terpakai dari seluruh negara yang mendapatkan quota, sampai H-7 misalnya, dilepas ke jamaah standby yang paling siap berangkat. Ini akan banyak membantu bila dimulai saat inipun, jangka panjangnya konon pemerintah Saudi akan meningkatkan kapasitas haji menjadi 10 x dari sekarang!
Yang kedua, sebagian jama'ah haji yang muda-muda diberi opsi haji lewat jalan darat - melalui program Road 2 Mecca, ini akan menyelesaikan banyak persoalan antrian penerbangan dan sekaligus menurunkan emisi. Karena merubah bahan bakar pesawat menjadi 100% carbon neutral, jauh lebih sulit ketimbang merubah bahan bakar mobil - bensin maupun diesel - menjadi carbon neutral dengan G100 dan D100.
Ketiga, dari dana haji atau bagian dari bagi hasil dana haji yang menggunung karena antrian panjang, harus ada yang dialokasikan untuk menanam pohon di lahan kritis dan sangat kritis kita. Minimal satu jemaah haji yang naik pesawat ditanamkan dengan lima pohon tamanu atau sejenisnya, maka pohon-pohon ini akan meng-offset sepenuhnya emisi para jemaah haji tersebut, dan bonusnya setelah 10 tahun 14 juta hektar lahan kritis dan sangat kritis kita akan menjadi ijo royo-royo. Dengan inilah seuruh jemaah haji bisa menempuh 24,000 km (pergi pulang) dengan zero carbon emission!