Energy and Poverty
Ada korelasi langsung antara konsumsi energi dengan kemakmuran penduduk negeri, secara umum semakin tinggi tingkat kemakmuran suatu negeri semakin tinggi pula konsumsi energinya.
Dari sisi konsumsi energi ini, kita tergolong sangat rendah saat ini. Konsumsi energi kita baru di kisaran 1,100 kWh/kapita/tahun. Bandingkan ini dengan tetangga terdekat kita seperti Malaysia (4,600) dan Singapore (8,900).
Namun di era sustainability, konsumsi energi yang rendah ini juga tidak berarti buruk, karena hikmahnya berarti rata-rata orang di negeri ini juga sangat rendah emisi CO2-nya dibandingkan dengan saudara-saudara kita di negeri jiran.
Di sisi lain ini juga menjadi kesempatan terbaik bagi kita untuk menumbuhkan ekonomi dengan penyediaan energi yang terkendali, challenge-nya adalah bagaimana ekonomi tumbuh, energi tersedia dengan cukup, namun emisi tidak harus ikut tumbuh bersamanya.
Kesempatan untuk memperkenalkan energi bersih bagi mayoritas penduduk kita - mumpung kebutuhannya masih bisa dipenuhi dari energi bersih ini. Bahkan bila masyarakat dilibatkan dalam ekonomi energi ini sebagai subjek, bukan lagi hanya sebagsi objek - maka secara otomatis masyarakat akan mrnikmati pertumbuhan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kebutuhan energi itu sendiri.
Di sinilah letak strategisnya BioHydrocarbon yang kami perkenalkan, masyarakatlah yang akan menanam pohonnya, mengolah hasilnya dan mereka sendiri yang akan menggunakan energi yang meteka hasilkan.
Daerah-daerah atau pulau paling terpencil-pun akan mampu memproduksi energi mereka sendiri, energi bersih yang tumbuh seiring pertumbuhan ekonomi mereka.