Penampakan Crude Coconut Oil (CCO)
- Details
- Category: Entrepreneurship
- Hits: 554
Penampakan Crude Coconut Oil (CCO)
Harga kelapa lagi murah, banyak kopra sampai jamuran di masyarakat dan belum terolah secara proper. Maka saya penasaran, coba saya olah jadi Crude Coconut Oil (CCO) - kopra-kopra hitam tersebut jadinya seperti yang saya pegang ini. Per kilogram kopra kering menjadi sekitar 500 ml CCO.
Lantas untuk apa kira-kira yang cocok ? Tentu yang paling mudah di-refined, bleached and deodorized (RBD) menjadi minyak goreng kelapa, sebagai alternatif minyak goreng kelapa sawit yang ada.
Tetapi dengan sentuhan teknologi akan memiliki pasar yang lebih luas. Dari CCO ini 15% -nya bisa dijadikan MCT (Medium Chain Triglyceride) makanan sehat masa depan. Sekitar 65%-nya cocuk untuk Bio-jet atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang sekarang lagi diburu industri penerbangan global. Dan sisanya lagi masing-masing berimbang di kisaran 10% untuk drop-in bio-gasoline (G100) dan green - diesel (D100), keduanya untuk menambah pilihan green fuel bagi masyarakat yang sudah membutuhkannya.
Banyak cara untuk menolong petni kalau ada kemauan yang kuat dari para stakeholder untuk mencapai 3 sehat, yaitu sehat ekonomi, sehat jasmani dan sehat lingkungan - zero emission society.
Energi Bersih Diantara Kotoran dan Sampah
- Details
- Category: Entrepreneurship
- Hits: 521
Energi Bersih Diantara Kotoran dan Sampah
Pelajaran dariNya itu datang dalam bentuk ayat yang sangat indah : "Dan sungguh, pada hewan ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari apa yang ada dalam perutnya (berupa) susu murni antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang yang meminumnya" (QS 16:66).
Memang ayat ini bercerita tentang susu, tetapi juga menekankan pelanjaran yang ada di dalamnya, bagaimana dari pakan berproses di dalam perut ternak untuk sebagian menjadi kotoran, sebagian menjadi darah dan sebagian lagi menjadi susu - tidak ada percampuran diantaranya. Kotoran dibuang sebagai limbah, darah untuk kehidupan ternak itu sendiri, sedangkan susunya sebagian untuk anak ternak tersebut dan sebagiannya untuk manusia.
Bagaimana kalau konsep yang sama kita gunakan sebagai pelajaran dalam mengolah sampah-sampah kita untuk menghasilkan energi bersih yang carbon neutral? Tidak sesusah yang dibayangkan kebanyakan para birokrat - sedemikian susahnya sehingga mayoritas kota-kota Indonesia masih tenggelam dalam lautan sampah. Untuk perencanaan saja perlu lebih dari satu masa jabatan kepala daerah, ketika pejabat berganti mulai lagi dari perencanaan awal, lantas aplikasinya kapan? Maka sampah diwariskan dari satu pejabat ke pejabat berikutnya dengan tingkat keparahan yang terus meningkat.
Opportunity In The Aridity
- Details
- Category: Entrepreneurship
- Hits: 529
Opportunity In The Aridity
Pasti bukan kebetulan bila bumi kelahiran para Nabi itu berada dalam wilayah yang paling gersang di muka bumi, seluruhnya terlahir di wilayah yang sekarang disebut MENA - Middle East and North Africa. Bahkan seluruhnya pernah singgah di suatu tempat yang sama, sehingga ketika dimensi waktu itu di-freeze dan yang tinggal adalah dimensi ruang - maka bertemulah seluruh Nabi itu di suatu tempat yaitu Al-Aqsha pada malam Isro'- Mi'raj.
Keberadaan mereka di daerah-daerah yang sangat gersang tersebut juga terkait dengan misi para Nabi tersebut, yaitu untuk memakmurkan bumi, seperti terungkap dalam ucapan Nabi Soleh 'Alaihi Salam "...Dia menjadikan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya" (QS11:61)
Adapun kemakuran itu indikator fisiknya berkembang dari waktu ke waktu, Selama ribuan tahun rezeki berupa buah-buahan, tanaman, ternak, emas dan perak menjadi indikator kemakmuran. Di abad terakhir, indikator kemakmuran bertambah dengan energi dan teknologi. Negara-negara kaya-pun di Eropa saat ini lagi klimpungan karena supply energinya terancam - yang berarti kemakmurannya juga terancam.
Dalam tiga dasawarsa kedepan, indikator kemakmuran itu akan bertambah satu lagi yaitu rendahnya emisi. Negara-negara yang paling bisa menurunkan emisi netto-nya adalah negara-negara yang paling makmur. Lantas apa kaitannya ini dengan bumi para nabi tersebut di atas?
Low Cost Carbon Neutral Biofuels
- Details
- Category: Entrepreneurship
- Hits: 478
Low Cost Carbon Neutral Biofuels
Dalam situasi status quo pengelolaan energy dunia saat ini, semua pihak rugi. Rakyat teriak BBM mahal dan tidak selalu ada di seluruh wilayah, pemerintah terus bertambah berat beban subsidinya, perusahaan pengelola BBM didera kerugian yang membengkak, para aktivis lingkungan terus berteriak turunkan emisi. Siapa yang untung dalam situasi seperti ini? Secara formal tidak ada, secara informal wa Allahu a'lam.
Padahal ada cara lain untuk memproduksi bahan bakar yang berbiaya murah dan carbon neutral. Memang perlu berfikir keras untuk hal ini dan perlu biaya R&D yang tidak sedikit, tetapi sebagian besar pemikiran dan R&D inipun sudah kita lakukan, tinggal terus menyempurnakannya dari waktu ke waktu.
Secara garis besar proses untuk menghadirkan bahan bakar yang murah dan ramah lingkungan ini dapat dilihat pada ilustrasi di bawah. Pertama bahan baku yang diolah harus sangat murah atau bahkan gratis, untuk ini yang melimpah di perkotaan adalah sampah dan yang di pedesaan limbah pertanian. Sampah atau limbah ini rata-rata mengandung hydrocarbon lebih dari 50% dari berat keringnya, dan mengandung energi di kisaran 13 sampai 20 MJ/kg.
Sebelum Antrian Bahan Bakar Mengular
- Details
- Category: Entrepreneurship
- Hits: 414
Sebelum Antrian Bahan Bakar Mengular
Kalau negeri-negeri Eropa baru pada tingkat kawatir akan tidak cukupnya energi untuk musim dingin nanti, sejumlah negeri di Asia hari-hari ini sudah didera krisis. Antrian bahan bakar mengular menjadi jamak di Asia seperti Sri Lanka, Laos, Pakistan dan bahkan negeri dengan jumlah penduduk lebih dari 1 Milyar seperti China dan India mulai menggilir listrik untuki industrinya.
Dalam situasi seperti ini program penurunan CO2 menjadi kacau-balau, karena fokus utama negara-negara di dunia adalah asal ada energi yang terjangkau, energi bersih menjadi tidak lagi menjadi prioritas. Apakah hal yang sama bisa terjadi di negeri tercinta kita ini ?
Tergantung pada kekuatan pemerintah untuk terus mensubsidi energi bagi rakyatnya. Namun karena semua faktor yang menyebabkan krisis energi di Asia tersebut juga ada di Indonesia, yaitu kombinasi antara supply minyak yang terbatas, perang Ukraina dan dampak ikutan pandemi - maka bila tidak diantisipasi, hal yang sama dikhawatirkan juga sangat bisa terjadi di negeri ini.