Bidollars Islands
Kita mengenal sejumlah negara kecil kaya raya dari petrodollars, seperti negara-negara teluk dan negeri jiran kita Brunei Darussalam. Mereka memiliki kesamaan yaitu produksi energi (minyak) mereka lebih dari yang mereka butuhkan, kekayaan mereka dari ekspor energi ini.
Kita tidak bisa meniru mereka karena minyak kita dipakai sendiri saja tidak cukup, kita justru perlu mengimpornya. Namun kita bisa menjadikan negara-negara petrodollars tersebut sebagai inpirasi, bahwa ketika dunia bergerak ke arah transisi energi, dari ketergantungan terhadap minyak bumi beralih ke renewable energy - seharusnya kitalah yang menjadi berjaya, bukan dari petrodollars tetapi dari biodollars, yaitu devisa yang akan kita keruk dari ekspor energi baru dan terbarukan (EBT).
Darimana kita akan produksi EBT yang begitu melimpah, sehingga lebih dari cukup untuk kebutuhan sendiri dan masih bisa banyak-banyak mengekspornya? dari biomassa yang tumbuh sepanjang tahun di negeri ini. Ada limbah pertanian, perkebunan dan limbah hutan, namun lebih dari ini semua - kita juga bisa menanam biomassa yang tumbuh cepat dan tidak berebut dengan lahan perttanian, perkebunan dan hutan.
Salah satunya adalah dengan bercocok tanam macroalgae di laut kita yang luasnya hampir 3 kali daratan kita. Macroalgae seperti berbagai jenis rumput laut mudah ditanam dan tidak membutuhkan investasi yang besar. Biomassa rumput laut bisa langsung diproses menjadi biogas tanpa perlu pengeringan - proses basah, atau bisa juga dikeringkan dahulu baru di-gasifikasi menjadi syngas - proses kering.
Keduaya bisa diproses lebih lanjut untuk menghasilkan Synthetic Crude yaitu versi bersih dan renewablenya pengganti crude oil yang kotor dan tidak renewable. Karena kedua proses bisa menghasilkan produk akhir yang sama, kita punya pilihan yang fleksible terkait dengan teknologinya, investasinya dan berbagai jenis rumput laut yang bisa kita tanam - hasilnya semua akan bisa menggantikan minyak bumi.
Lantas bagaimana kita bisa memulai pekerjaan besar ini? Bisa kita mulai dari pulau-pulau kita yang kecil yang lautnya belum termanfaatkan dan tidak terganggu oleh lalu lalang kapal-kapal besar. Yang sudah kami bicarakan dengan sejumlah pihak terkait adalah Kepulauan Karimunjawa, ini satu kecamatan yang memiliki 27 pulau.
Luas lautnya 100 kali lebih besar dari luas daratannya - jadi ideal untuk model pulau-pulau kecil yang akan ditransformasikan menjadi Biodollars Islands - pulau-pulau kecil yang bisa menjadi kaya raya karena akan menjadi pengekspor minyak - bukan lagi crude oil, tetapi syncrude - yang bersih dan terbarukan.
Di luar 27 pulau yang hanya 5 pulau dihuni di Karimunjawa tersebut, kita masih punya sekitar 11,500 pulau yang hingga kini belum dihuni. Bayangkan kalau plau-pulau tersebut bisa kita berdayakan di era transisi energi ini untuk menjadi basis produksi syncrude, kita akan bisa memberi solusi bagi dunia yang lagi amat membutuhkan alternatif energi yang bersih dan terbarukan.